ulterior message

aku ingin bercerita padamu; tentang catatan di ruang rahasia. tentang satu warna. tentang mimpi yang berulang. tentang gitar berdawai lima. tentang laut yang selalu berbisik rindu. tentang rentetan kalimat yang berakhir tanda tanya. tentang mengapa aku merasa beberapa jawaban terselip di sana.
tapi mungkinkah? hening menjelma kamus; huruf-huruf mengatur diri kemudian tiba-tiba kau memahami kata-kata yang tak kau pelajari. sedang aku masih berusaha melipat bentangan bahasa di antara kita. di hadapanmu, mungkin aku hanya akan bisa terdiam, atau menangis. aku menangis karena tak ada cara lain untuk menunjukkan apa yang kurasakan.

apa lagi yang bisa ditahan? beberapa kata

bersikeras menembus batas kenyataan–

setelah mencapai seberang, masihkah bermakna,

bagimu, segala yang ingin kusampaikan?

[Sapardi Djoko Damono]

 

——-

..to a person who resembles me a lot, up to the point of details.
i found you in spring. i started writing about  you in D.

bertahan #3

“Apa arsitektur menurut tetua, Ruh? Menurutmu.” –Tuan Tanah

“Naungan seperti langit yang tak bertiang, tidak padat karena yang padat itu untuk dipijak. Kita terkungkung di bawah atap buatan manusia. Ikatan manusia belenggu besi, ikatan Tuhan gravitasi. Kebebasan Tuhan melindungi, kebebasan manusia seperti melayang-layang di ruang hampa. Kita mungkin tak akan pernah mampu membuat atap tak bertiang itu, tapi bisa belajar dari jannah. Taman yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Arsitek harusnya bisa menjadi penyembuh di garis depan, tapi yang banyak para pembuat penyakit. Menghujam bumi dengan tiang-tiang keras tanpa bertanya dulu pada tanah apa rasanya.” –Ruh

“Berbahagialah para landscape architects!” –Arsitek

“Kenyataannya concrete architects lebih tinggi derajatnya dari mereka, ketinggian pencakar langit mengalahkan bahkan pohon tertinggi. Hahaha..” –Ruh

Ruh dan Arsitek lupa Tuan Tanah di depannya dengan gengsi setinggi lantai 300, lupa kalau ia adalah klien, klien adalah raja, masih seperti itu. Tertawa-tawa selesai.

“Saya harus bicara.” –Ruh

“Akupun harus bicara. Ruh, ini tak akan pernah jadi proyek kita. Aku mengundurkan diri.” –Arsitek

“Bicaralah padanya, Ruh. Kalian tentu tidak mau melepaskan kesempatan yang hanya sekali.” –Tuan Tanah

“Kalian tidak usah khawatir, surat bisa dikeluarkan setelah gambar rencana selesai dan pembangunan bisa dimulai sesuai tanggal.” –Seorang laki-laki dengan kertas besar; orang yang seiman dengan Ruh, kelihatan dari tanda-tandanya, bermaksud sebagai penengah.

“Tapi peruntukan tidak sesuai, Anda harus menghentikan ini.” –Arsitek, nada tinggi pada Tuan Tanah.

“Dan orang tua, anak-anak, masjid di atas bukit..” –Ruh, tinggal berdiri di belakang panglima perang.

Laki-laki dengan kertas besar tersenyum. “Kami bisa menyediakan tanah pengganti untuk mereka.” Aturan manusia bisa diubah. Ada orang yang seiman tapi pondasinya lain.

“Mereka sudah sejiwa dengan tanah ini. Anda juga yang menandatangani kertas untuk menghancurkan masjid?” –Ruh pada orang seiman.

“Kita pergi dari sini.” –Arsitek beranjak menuju kaki bukit.

Ruh mematung dan melihat Tuan Tanah yang juga diam menatapnya. “Saya harap Anda berubah pikiran.” Lalu mengejar Arsitek ke bawah.

 

Arsitek merelakan ladang pemasukan untuk kemenangan batin, Ruh melepaskan apa yang bukan ridha Yang Maha Mencintai.

jantung.cardio.qalb[Jantung.Cardio.Qalb – Jihan Siregar]

 

 

 

 

[]

ada yang membuatku berusaha bertahan di sini; di antara gambar, tatanan dan orang-orang.
kau..? apa yang membuatmu bertahan di sana..?

broken

..everything has a purpose, even machines. clocks tell the time, and trains take you places. they do what they’re meant to do. … maybe that’s why broken machines make me so sad. they can’t do what they’re meant to do. maybe it’s the same with people. if you lose your purpose, it’s like you’re broken. …

[Hugo]

sometimes we’re just like guitar with a broken string that needs to be fixed.